BAB V
Pergeseran Status, Harus
Belajar dan Bekerja
BAB VI
Puncak Kepemimpinan
Kita merasa kepala keluarga
karena sudah mempunyai beberapa anak. Senang dan bangga di saat dipanggil ibu
dan ayah kepada kita. Kita merasa diri kita sedang berkuasa atas keluarga yang
bergantung kepada kita orangtuanya. Di saat-saat inilah kita merasa pemimpin
yang sejati yang sangat diharapkan. Anak-anak sangat bangga dan takut kepada
kita. Apabila dia berbuat salah dan kita bebas memahami dia tanpa perlawanan
dan hormat kepada kita. Di saat saat ini kita merasa puncak kepemimpinan kita
anak-anak bergantung kepada kita. Dan apabila tidak melihat kita maka kita
dicari. Setelah kita tiba di rumah disambut dengan senang hati sama seperti
pejabat disambut rakyatnya dengan penuh sukacita. Dan juga apabila kita
disamping mereka betapa dia merasa nyaman sekali. Dan kita juga merasa bangga
dan sangat dihargai disanjung laksana seperti seorang raja. Inilah saat-saat
puncak kepemimpinan yang tak pernah terlupakan di sepanjang sejarah kehidupan
kita. Di saat seperti ini kita bisa melupakan semua kegagalan-kegagalan di masa
lalu semua. Kenangan buruk itu sudah tertutupi oleh kebahagiaan yang ada di
masa-masa bahagia saat ini. Di saat berkembangnya kepemimpinan ini semangat
kerja sangat tinggi dan rezeki pun bertambah tambah karena kita senang
mengerjakannya, tulus dan bersemangat. Maka sang pencipta pun berkah semua
pekerjaan kita sampai berhasil. Di saat-saat inilah pada umumnya orang
berkembang karena kerja semangat ingin membangun masa depan anak-anak. Maka
tercapailah cita-cita anak-anak. Sekolah dengan rajin dan kita orang tuanya pun
bersemangat maka bisa juga bangun rumah dan sebagainya. Itulah yang di namanya
di puncak kepemimpinan penuh. Bersyukur dan bahagia walaupun banyak
kendala-kendala bisa dimusnahkan oleh kekuatan dan semangat juang yang tinggi.
Apabila orangnya pegawai pangkat pun naik jabatan pun datang. Beginilah di
masa-masa puncak kepemimpinan kita sedang berpihak kepada kita. Ada pepatah
mengatakan jika masih lagi berpihak kepada kita, semua yang kita kerjakan
berhasil. Begitu juga sanak saudara juga senang melihat kita dan ikut juga
menyanjung kita. Inilah namanya yang dikatakan naik daun. Semua manusia
mengalami seperti ini tapi tak sedikit orang terbuai dan sombong lupa daratan
istilah pasaran. Mungkin disaat saat ini kita lupa yang namanya perahu kehidupan
jalan terus. Jalan pasti naik turun, ada belokan dan tikungan persimpangan
terjal dan berlobang. Jika sedang jalan di daratan atau di laut ada gelombang
dan angin topan. Tapi di saat saat kita naik kita terbuai di dalam kebahagiaan
kita beginilah situasi manusia di masa masa jayanya. Ada pepatah mengatakan
lupa daratan karena semua yang ada dijalankan mudah dan berhasil seolah-olah
kita merasa jago dan sebagainya. Tapi jangan lupa yang namanya perjalanan
perahu kehidupan tak pernah berhenti di situ saja. Jika kita sedang di puncak
pasti akan menurun juga. Sama seperti pohon jika sudah rimbun dan tinggi pasti
ada juga angin kencang membuat bunga-bunga yang sedang mekarnya jatuh
berguguran, dalam sekejap hilang keindahannya. Kita pun tak ubahnya nya bunga
di padang gurun. Pagi mekar dengan indahnya dan sore gugur. Begitulah kehidupan
manusia masa-masanya harus lewat semua menjadi kenangan belaka. Hari ini
kenyataan dan besok jadi kenangan inilah hari-hari manusia. Maka sudah bisa
kita simpulkan di dunia ini tak ada yang kekal sama sekali tapi harus dijalani
baik buruk tak bisa dipilih-pilih harus semua dirasakan. Karena inilah namanya
perahu kehidupan yang harus ditempuh selagi hayat masih dikandung badan. Semakin
tinggi pohon anginnya pun kencang pula. Semakin jauh kita berlayar gelombang
pun semakin kuat pula. Semakin naik jabatan semakin dalam jurang membuat kita
jatuh. Inilah yang namanya kehidupan yang tak perlu dibanggakan dan disesali
tapi dijalani dengan berani. Caranya adalah sebagai berikut. Segala sesuatunya
harus dipersiapkan jangan terbuai dengan keadaan yang bagaimanapun jika hidup
sedang mengalami cobaan dalam gelombang sengsara jangan putus asa. Berharaplah
pasti badai berlalu dan akan digantikan dengan kebahagiaan. Siapakah yang
berperan? Yang mengalihkan adalah sang pencipta yang memutar situasi perahu
kehidupan. Dan walaupun sedang naik daun dan mendapat puncak kebahagiaan jangan
lupa dan jangan bangga yang berlebihan dan sombong. Tapi ingat yang namanya
perahu kehidupan segala sesuatunya semua tak ada yang abadi dan kekal karena
waktu terus berjalan untuk menggeser situasi demi situasi atau yang namanya
perahu kehidupan. Maka janganlah terbuai dengan situasi. Ingat hidup berjalan
terus. Banyak manusia di saat sukses tak ingin lagi beranjak dari situ karena
yang namanya kebahagiaan sangat indah. Hidup ini rasanya lengkap dan merasa
sudah tercapai tujuan hidup. Kita merasa kuat dan siap rasanya menghadapi
hari-hari esok. Jika kita melihat canda tawa anak-anak kita maka tak terasa
hari lepas hari tidak lagi mengingat masa lalu kita. Rasanya sudah mempunyai
dunia sendiri. Segala sesuatunya sudah atas di dalam kekuasaan sendiri. Tak
terasa zaman selalu berubah-ubah. Dulu saya yang menumpang. Tapi tiba juga
saatnya kita atau saya sebagai tumpangan sanak famili. Inilah rupanya zaman
berputar-putar. Tapi saya sebagai tuan rumah hati-hati sekali mengingat
pengalaman saya dulu sebagai penumpang. Apa yang membuat saya sakit hati saya
tidak mau melakukannya kepada mereka yang numpang di rumah saya. Supaya jangan
menjadi beban bagi saya dan juga buat yang numpang di rumah saya. Beginilah
yang namanya perahu perjalanan hidup manusia. Tak ada apapun yang abadi di
dunia ini dan tak ada yang perlu dibanggakan sebab segala sesuatunya pasti
berubah-ubah. Oleh sebab itu bagi anak-anak yang baru merasakan seperti yang
diatas jangan terbuai di saat senang dan jangan panik di saat kesusahan. Tenang
sajalah sebab segala sesuatunya pasti singgah semua di kehidupan manusia baik
susah dan senang sakit sehat semua kebahagiaan. Jadi sebelum singgah di
kehidupan kita, baik susah ataupun senang tunggu saja giliran pasti datang.
Itulah namanya hidup. Semua yang ada di dunia ini, semua yang diciptakan atau
dirasai senang, susah, sakit, sehat, pahit, getir, manis, asam, asin, pedas
harus dirasa dulu baru tahu rasanya satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu
jika manis jangan langsung ditelan dan jika pahit jangan dimuntahkan. Sebab
segala sesuatunya ada hikmahnya bila diterima dengan lapang dada dan penuh
syukur kepada sang pencipta. Oleh sebab itu jika kamu heran terhadap apa yang
terjadi di perjalanan hidup ini bertanyalah kepada sang pencipta itu. Cuma di
situ jawaban yang lengkap sekali. Ini saya utarakan di dalam buku ini karena
banyak sekali keheranan saya atas kejadian yang menimpa kehidupan saya yang
saya tidak mengerti sama sekali. Sebab sering kejadian-kejadian mematahkan
semangat hidup saya. Saya ingin bertanya sama siapa saja tak tau. Jika saya
curhat kepada sanak saudara atau teman-teman semua ada juga masalahnya. Hasrat
hati ingin cerita atau curhat pada seseorang malah jadi pendengar jadinya
karena dia juga punya masalah yang kalah beratnya dari masalah kita. Jadi kita
kecewa juga. Begini lah kemampuan manusia atas sejarah kehidupan yang diatur
oleh sang pencipta. Oleh sebab itu jika kamu atau kita ingin tahu rahasia perjalanan
perahu kehidupan ini, bertanyalah kepada sang pencipta sutradara perjalanan
itu. Pasti mendapat jawaban yang konkrit, sebab di tangannya lah semua rahasia
itu. Coba kita periksa sejenak tentang ciptaan ini semua. Dunia bersama isinya
yaitu ciptaan pada umumnya sangat indah sekali. Manusia yang dikatakan segambar
dengan sang penciptanya dan juga diberi kuasa atas ciptaan lainnya. Dengan kata
lain semua yang ada di dunia ini diserahkan kepada manusia untuk mengelolanya
dengan baik. Tapi semua ciptaan lainnya masih patuh pada penciptanya kecuali
manusia yang banyak berubah. Matahari dan bulan masih sangat patuh pada yang
sudah ditentukan. Terbit dan terbenam dengan teratur tepat waktunya tak pernah
mengecewakan manusia. Begitu juga satwa tetap di tempatnya masing-masing. Yang
di air tetap di air yang di darat pun tetap di darat dan juga menggunakan
waktu. Lihat saja ayam di sekeliling kita jika sudah sore kenyang nggak kenyang
pasti pulang ke kandangnya. Dan apabila dia binatang malam dia tak mau keluar
siang sebelum gilirannya. Masih tertib semua seperti yang diperintahkan sang
penciptanya. Tapi apa yang dikerjakan manusia di dunia ini bagaimana menggunakan
waktu yang ada. Yang pertama mempergunakan waktu antara siang dan malam. Sama
kan dengan satwa tadi masih teratur kah? Siang bekerja malam tidur. Coba kita semua
intropeksi diri masih di jalur yang ditunjukkan sang pencipta kah kita? Kenapa
kita ciptaan yang paling tinggi masih sering ketakutan di dalam perjalanan
kehidupan kita? Apakah yang kita takutkan sedangkan kita ciptaan yang paling
tinggi? Kenapa kita masih bingung dan panik dengan kejadian-kejadian di dunia
ini. Bukankah semua itu bunga-bunga hidup senang dan susah silih berganti yang
harus di tempuh kan? Ini lah namanya perjalanan hidup karena hiduplah maka
silih berganti harus dijalani dengan santai. Sebab kejadian-kejadian di perjalanan
hidup tak tahu kita dari mana datangnya masalah-masalah itu dan kemana perginya
pun kita tidak tahu. Setiap ada kejadian yang kita sering bertanya dalam hati
kenapa itu terjadi seperti ini, apa lagi masalah itu menyakitkan hati. Di sini
saya bersaksi tentang pengalaman hidup saya di saat-saat saya sudah punya anak
3 orang semua laki-laki. Saya sangat bangga rumah pun sudah punya walaupun
sangat kecil. Saya sudah bahagia melihat anak-anak saya walaupun suami saya
masih sering main judi perokok berat dan peminum alkohol atau sering
mabuk-mabukan tak soal lagi bagi saya. Saya bekerja menafkahi anak-anak saya
tak kenal lelah walaupun beranak kecil tak jadi penghalang bagi saya bertani
beternak disamping mendapat beras catu dari kantor sudah cukup bagi saya. Sudah
bisa menata hidup ini dengan seadanya apa yang didapat itulah dicukupkan. Saya
berharap pasti nanti lebih baik. Saya tak pernah putus asa. Yang namanya susah,
saya sudah menerima kelakuan suami saya. Berkisar 10 tahun saya berumah tangga,
yang namanya gaji pegawai suami saya tak pernah sampai kepada saya habis potong
toke koperasi setiap bulan uang rokok suami saya, tak jadi soal. Mata hati saya
tertuju pada ketiga anak saya yang lucu-lucu. Semua rasanya sangat indah
mendengar tawa dan tangis anak saya itu. Perasaan saya sudah sempurna hidup
ini. Tapi masalah pertama pun terjadi yang tak pernah saya bayangkan atau tak
menyangka datang seperti itu. Setelah saya tinggal di Medan saya sudah mulai
ingat sang pencipta dan kami pun belajar agama dan sudah mulai beribadah ke
gereja. Saya sering berdoa kepada sang pencipta supaya hidup kami diubah lebih
baik dan suami saya juga menyayangi dirinya sendiri. Sebab saya berpikir tak
mungkin dia menyayangi anak istri sedangkan dirinya sendiri pun tak teratur.
Saya sudah pasrah dan siap menjadi janda melihat keadaannya sudah sakit
paru-paru tapi perokok berat dan alkohol ditambah judi. Saya hadapi saja tanpa
memikirkan dirinya. Kalau pun pulang diterima, sekiranya nggak pulang sama
sekali nggak jadi masalah bagi saya. Hati saya terus fokus kepada anak-anak
saja. Tetapi apakah yang terjadi di puncak ke bahagiaan saya? Anak saya yang
ketiga meninggal dunia pada umur 1 tahun 7 hari umurnya, tepatnya 7 Juni 1970.
Hati saya sangat terpukul karena hidup saya merasa cukup sempurna atas anak
saya yang 3 orang itu tapi hempasan badai itu sangat dahsyat sekali. Angan-angan
saya pun buyar semua luka lama ternganga kembali. Perahu kehidupan pun rasanya
oleng seakan-akan ingin tenggelam. Apa sebabnya sampai begitu, karena belum ada
persiapan untuk itu. Yang ku persiapkan adalah janda karena suami sakit-sakitan
dan tidak menjaga kesehatannya. Yang hilang adalah anak yang sedang
lucu-lucunya penghibur dan sebagai pengobat hati yang luka. Semua rasanya
hampa. Hati pun dah mulai sangsi dan kosong seolah-olah tak ada lagi teman di
dunia ini. Saya bingung untuk meneruskan rencana yang sudah dibuat ditambah
suami semakin parah. Jadinya setelah seminggu anak saya meninggal kami pun diterima
di gereja sebagai anggota. Tapi perasaan saya belum stabil. Setelah meninggal
anak saya, saya sudah melihat kembali perangai suami saya tak ada perubahan
sama sekali, selalu menyakitkan di saat saya lagi berduka dia tidak pernah menghibur
saya karena saya lah yang perlu dihibur karena anak yang meninggal masih
menyusui. Saya gelap mata dan tak peduli pada anak dan suami saya. Saya ingin
lepas dari situasi ini dan cari jalan pintas dan tanpa pikir panjang. Akhirnya
saya ingin menyudahi perkawinan ini saya minta cerai tanpa memikirkan nasib
anak-anak saya. Timbul lah egois saya. Saya merasa bisa hidup tanpa mereka
disaat saat ini sedang gelombang yang dahsyat iman pun gugur. Saya cari jalan pintas
lari dari masalah. Saya minta cerai dari suami saya dengan kepala dingin dan
baik-baik karena menurut saya itulah yang paling baik buat saya. Ini semua tak
pantas ditiru sebab yang namanya masalah kita mana bisa ditinggal begitu saja.
Sebab namanya juga masalah kita dia ikut kemanapun kita pergi. Sebab segala
sesuatunya yang namanya milik kita, tak bisa ditinggalkan harus dia ikut kemana
kita pergi. Semua yang namanya perjalanan kehidupan dia harus berjalan seiring
dengan kita. Banyak orang lari dari masalah tapi dia tidak tahu itu masalah
kita. Mana mungkin bisa ditinggal begitu saja. Siapakah yang menyelesaikan?
Tidak bisa dibuang begitu saja. Tapi harus dihadapi sampai selesai. Jadi saya
sebagai penulis mengingatkan kepada anda, jangan ditiru seperti saya yang mau
melarikan diri dari situasi. Tapi saya bersyukur kepada Tuhan dan mendiang
suami saya yang rendah hati memohon mohon kepada saya, ingin berubah dan
bertobat. Dia betul-betul merendahkan diri dihadapan saya supaya mengurungkan
niat saya itu. Dan hati saya pun luluh juga jadinya tak jadi cerai. Inilah
namanya puncak kepemimpinan. Jika sudah mentok di atas maka bersiaplah untuk
menurunkan kembali. Sebab yang namanya
perahu perjalanan hidup ada gelombang dan naik turun, ada pengkolan dan
simpang simpang yang harus ditempuh. Jadi walaupun di puncak buatlah persiapan
untuk menurun sebab memang begitu. Semua dipersiapkan dengan kebalikan situasi
kita sekarang. Karena itu sudah pasti, jika kita sudah di atas pasti menurun.
Jika sedang menangis pasti ada juga ketawanya. Begitulah seterusnya semua silih
berganti tak ada yang sempurna dan abadi di dunia ini. Semuanya berjalan dan
berputar-putar. Jadi jangan lupa yang namanya hidup harus berjalan sebab
masalah dan gelombang hidup memang pasangan hidup. Semua itu harus ditata dan
diukur supaya menjadi kenangan dan sejarah kehidupan. Itulah yang menjadi
alasan saya menulis buku ini mana tahu ada gunanya bagi penerus saya atau yang
sudi membaca tulisan ini. Saya ucapkan selamat menyimak kata-kata yang berguna
untuk anda. Walau bagaimanapun kita senangnya nya, jangan lupa yang tertulis di
bab V, pergeseran status pasti ada. Setidaknya di saat maut menjemput kita,di
saat inilah banyak yang terjadi. Seperti kisah saya sebagai penulis anak yang
gugur alias meninggal di pihak lain ada juga suami yang keburu pergi menghadap
sang pencipta atau istri pun ada juga. Di saat ini tak sedikit orang stress dan
juga ikut ikut sakit setelah ditinggal pasangan. Seharusnya kuat dan tegar
karena biasanya yang memikul beban hidup ini berdua, menjadi satu. Pergeseran
status ini harus hati-hati karena tidak kita saja yang terlibat melainkan anak
juga. Saya ingatkan jangan lari dari kenyataan tapi hadapilah dengan tenang.
Jika kurang mampu mintalah petunjuk kepada sang pencipta karena dialah Maha
Tahu semua situasi karena sang pencipta tak pernah berubah-ubah di setiap zaman
dan perubahan sang pencipta tahu semua dan siap menolong. Perahu kehidupan
jalan terus seolah-olah tak ada apa pun yang terjadi di setiap waktu. Kita yang
merasakan perubahan itu. Kita yang merasakan apa yang terjadi. Tapi yang
namanya perahu kehidupan jalan terus tak kenal waktu dan zaman. Jadi kita
belajarlah dari perahu kehidupan. Perahunya saja tenang kenapa kita tidak sebab
kita harus sejalan dengan perahu itu. Oleh sebab itu jalani saja hidup itu.
Jangan lupa belajarlah dengan bergantinya situasi. Jadilah kita seperti
sekarang. Jangan mengingat-ngingat yang dulu-dulu. Tegap dan berdirilah di
setiap situasi waktu yang berjalan. Usahakan supaya semua duduk sebagai
fungsinya masing-masing. Sebab hidup ini sama seperti mur atau sekrup ada deret
nya. Jika pas mengikuti deretnya masing-masing, maka dia sudah sangat kuat
sebagai pengikat. Jadi pasangan kita harus seperti status kita. Bapak duduk
sebagai bapak, ibu sebagai ibu. Kenali diri siapakah kita sekarang, janda,
duda, yatim atau piatu dan yatim piatu.
Belajar lah kita seperti status kita. Jadi apapun kedudukan kita, tak ada yang
permanen. Semua pasti berubah ubah. Baik itu senang susah jaya bangkrut, yang namanya
hidup ada juga matinya . Kapan terjadi kita tak tahu, itu rahasia pencipta.
Sebab manusia tak tahu sama sekali yang baik buat dirinya. Apalagi yang namanya
umur manusia tak berani menentukan berapa tahunkah diinginkan hidup di dunia
ini. Oleh sebab itu maka tentang kematian tetap dirahasiakan sang pencipta
kepada kita manusia pada umumnya. Karena manusia tak pernah pegang janji.
Setiap hari berubah-ubah, selagi jaya-jayanya sombong. Apalagi sedang di puncak
kepemimpinannya. Maka pada umumnya sangat sombong dan angkuh itulah manusia.
Oleh sebab itu, maka sang penciptanya tetap memberikan terbaik bagi manusia.
Saya ulangi sekali lagi, yang namanya terbaik adalah rancangan sang pencipta.
Jadi jika kita ingin tenang dan damai terima saja hukum alam yang sudah
dirancang Tuhan sang pencipta itu. Amin.
0 Comments