Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Picture alt

Perahu Kehidupan - BAB V Pergeseran Status, Harus Belajar dan Bekerja s/d BAB VI Puncak Kepemimpinan

 BAB V

Pergeseran Status, Harus Belajar dan Bekerja

Jika status sudah berbeda maka pelajaran pun bertambah. Ibaratnya status lajang bergeser menjadi suami atau istri, maka pergeseran ini kita harus belajar lagi dengan status baru ini. Maka kita sudah menyandang gelar baru dengan status ini maka angan-angan pun sudah beda pula maupun cita-cita dan programnya. Jika masih lajang mencari popularitas dan jodoh setelah mendapat bentuk lain lagi suasananya kita harus belajar lagi supaya di gelombang ini jangan sempat perahu kehidupan ini sampai tenggelam atau gagal. Sebab kurangnya belajar maka tidak sedikit orang gagal dalam perkawinan. Karena kurangnya belajar, pertama kita belajar dari diri kita sendiri. Sudahkah sesuai dengan status sebagai istri atau suami? Apakah siap lahir dan batin? Sudahkah tahu kelebihan dan kekurangan kita? Sudah siap kita dituntut dalam segala hal sebagai suami atau istri? Jika sudah siap, baru melangkah. Kekuatan adalah mengenal diri sendiri. Karena tanpa kita mengenal diri sendiri susah memahami orang lain. Tapi jika kita sudah matang maka sudah ada kekuatan kita setelah kita memahami diri sendiri. Maka sudah kita mulai memahami pasangan kita mengenal pasangan sangat susah apalagi orangnya tertutup. Jadi kita harus belajar dari ketidaksenangannya. Apabila kita sudah tahu apa yang tidak disenangi oleh pasangan kita harus dijauhkan itu supaya dia tidak kecewa. Sebab kekecewaan itu adalah membuat lunturnya cinta sesama pasangan. Apabila cinta sudah mulai luntur maka segala sesuatunya mulai serba salah. Oleh sebab itu tahap pertama harus mengenal pasangan lebih dalam apa pantangannya, apa kesukaannya, bagaimana karakternya. Usahakan sepaham apa yang dia sukai kita pun harus suka seperti dia walaupun pura-pura. Ini yang bisa melakukannya hanya orang yang sudah mengenal dirinya. Yang sudah memahami dirinya bisa melakukan apa saja untuk menyelamatkan hubungannya. Langkah pertama adalah jangan mementingkan diri sendiri karena jika kita mementingkan diri sendiri maka besar kemungkinan kita tak mampu menjiwai orang lain. Biasanya jika tidak senang dengan perangai seseorang perbuatannya pun sudah pasti kita tidak senang sama sekali. Biasanya jika masih senang atau cinta sama pasangan kita maka apapun dia berbuat kita senang menerimanya walaupun sama sekali salah yang diperbuatnya. Masih lebar pintu maaf baginya. Tapi apabila sudah rusak hubungan maka segala sesuatunya yang dilakukan tak ada lagi kemampuan kita melihat segi baiknya. Oleh sebab itu belajarlah menjiwai lebih dini. Jika sudah lebih paham atau memahami pasangan kita maka segala sesuatunya sudah lancar. Segala sesuatunya masih banyak yang diperjuangkan bersama perahu kehidupan. Mengingatkan kita semua yang namanya pasangan harus se-iya sekata dan seiring sejalan dan harus saling mengisi kekosongan dari kelebihan masing-masing pasangan. Inilah modal utama. Ini semua saya ceritakan atas pengalaman saya mengenal pasangan saya. Saya dulu 10 tahun lamanya tidak mengenal pasangan saya. Sempat buntu masanya jalan-jalan yang saya lalui dari hari-hari dan minggu dan bulan bulan dan tahun. Puluhan tahun baru saya mulai memahami dirinya, itupun setelah beranak 3 orang belum kenal pasangan. Ketika anak saya meninggal dunia maka mata saya terbuka karena kami sekeluarga sedang belajar agama kembali. Sebulan sebelum tamat belajar anak itu meninggal. Tapi atas dukungan hamba-hamba Tuhan kami pun sudah diterima sebagai anggota Jemaat di salah satu gereja terdekat di daerah kami. Tapi walaupun sudah menjadi anggota gereja tak ada perubahan dari suami saya. Saya sudah mulai mengingat-ingat di perjalanan perahu kehidupan rumah tangga kami. Maka rasanya tak mampu lagi. Maka saya ingin menyudahi rumah tangga saya menurut saya tak sanggup lagi. Inilah resikonya jika tidak memahami dulu pasangan kita. Sebab sebelumnya saya merasa kuat tidak mengharapkan apapun dengan dia atau dari suami saya. Walaupun dia suka berjudi peminum dan perokok berat saya tidak menghiraukannya. Kadang hasil panen saya habis dijudikan saya pasrah dan berjuang lagi sampai saya sudah mempunyai rumah sendiri atas dari hasil tani saya. Tapi karena 10 tahun tak ada juga perubahan maka saya berpikir lebih baik pisah dengan nya cukup hidup dengan anak saya yang tinggal 2 orang lagi karena saya sudah merasa gagal untuk bersatu dengannya. Sebab di tahun keempat perkawinan kami pernah suami saya sakit paru-paru selama 11 bulan. Saya sendiri yang mengurus tak ada saudara yang menjenguk baik dari pihak dia maupun dari pihak saya karena dia mengulangi kembali tabiatnya. Maka saya tak sanggup lagi rasanya maka saya cari atau tempuh jalan cepat untuk meminta cerai darinya dan ingin hidup bertiga dengan anak saya. Beginilah resikonya yang tak mau menjiwai pasangannya. Memang semua itu tidak gampang tapi anda bisa belajar dari pengalaman saya ini supaya anda tidak mengalami seperti saya. Jadi belajarlah dengan status anda yang baru sebab bergantinya status harus harus belajar dan bekerja lebih giat. Semua yang kita lalui harus kita yang benahi jangan mengharapkan orang lain yang membenahinya. Sebab semua yang kita punya milik kita jangan sempat orang lain ikut campur. Benahi sendiri apa yang belum pada tempatnya walaupun sangat susah. Berharaplah suatu saat nanti pasti semua akan sempurna seperti yang kita harapkan. Sama seperti barang-barang rumah yang belum disusun pada tempatnya masing sangat  jelek dipandang . Tetapi jika sudah disusun rapi pada tempatnya pasti indah dipandang. Baik itu taman jika sudah semua pada tempatnya sangat indah untuk dipandang mata, membuat hati senang dan bahagia untuk menikmatinya. Begitu juga rumah tangga jika sudah duduk di fungsinya masing-masing maka rumah tangga itu indah juga indah dipandang. Artinya jika sebagai bapak atau ayah duduk sebagaimana mestinya supaya jika diperlukan sebagai kodratnya pasti bisa dipenuhi tentu keluarga sangat senang. Dan juga istri anak-anak mertua dan semua keluarga di tempatnya masing-masing fungsinya maka keluarga pasti bahagia. Tapi untuk menempatkan kedudukan itu harus banyak perjuangan dan pengorbanan. Harus saling menjiwai satu sama lainnya. Untuk menyukai seseorang harus kita mengambil simpatinya terlebih dahulu seolah-olah kita hidup melulu untuk dirinya. Pasti dia rindu bertemu dengan kita. Ini semua bisa kita lakukan jika kita lebih matang dengan (dari) dia. Jadi belajarlah selalu di setiap status baru kita supaya di perjalanan perahu kehidupan tetap ada pembaharuan baru.. Usahakan jangan terbawa-bawa kepada kebiasaan lama kita karena status sudah berbeda. Sebab itu yang membuat kita walaupun situasi sudah bergeser, tabiat lama selalu berkumandang maka susah mengikatnya. Oleh sebab itu jika status sudah berbeda maka harus perangai kita pun berbeda. Maka di setiap pergeseran status pelajaran pun bertambah pula, bukan? Tak ubahnya seperti yang sudah diungkapkan di depan, hidup ini tak ada ubahnya seperti sekolah. Pertama SD, SM, SMA kuliah dan jika ingin sukses maka titel didapatkan S1, S2, S3 Doktor dan sebagainya. Begitu juga di dalam perahu kehidupan bergesernya waktu dan bergesernya status harus banyak belajar supaya lulus status demi status . Ingat, maka disetiap perjalanan perahu kehidupan kita sudah banyak mengalami kegagalan. Oleh sebab itu berjuang lah di status baru kita maka ada yang sukses. Tidak semua gagal. Karena di status baru kadang-kadang kita tak menyadari sudah di lain suasana. Maka jika kita tidak menyadari hal itu maka bisa-bisa kita gagal di status kita. Artinya tak ada perubahan sama sekali. Jika berjalan di tempat, maka dengan tak sengaja generasi sudah terlewatkan begitu saja. Bisa-bisa kita sudah menjadi bapak tapi kelakuan sama seperti anak muda saja terus. Karena perahu kehidupan tetap jalan terus. Maka ada status-status dilewatkan begitu saja. Inilah namanya ketinggalan zaman. Karena dia sudah dewasa tapi perangainya seperti anak-anak. Sudah kawin tapi perbuatannya seperti anak muda. Dia sudah menjadi suami tapi perangainya seperti anak muda. Karena waktu demi waktu tidak mau bekerja dan belajar di setiap pergeseran waktu. Maka tak terasa sudah merasa ketinggalan karena tidak mengindahkan pergeseran status. Jika tidak mempergunakan waktu demi waktu, maka sudah pasti sulit menyesuaikan di status-status selanjutnya. Belajar dan bekerja adalah modal utama untuk menyesuaikan diri di setiap perkembangan zaman. Jadi segala sesuatunya jangan anggap enteng walaupun itu masalah kecil. Jangan terfokus kepada masalah-masalah besar saja sehingga yang kecil-kecil diabaikan. Padahal yang kecil itu gampang disesuaikan kenapa diabaikan? Sebab yang namanya pekerjaan besar kecil sama harganya. Semua harus diselesaikan. Inilah namanya perjalanan hidup harus penuh dengan perjuangan dan pelajaran. Sebab jika tanpa perjuangan tidak mungkin maksimal. Segala sesuatunya kita ingin meningkatkan tapi tak mau belajar maka tak bisa kita jalani dengan baik. Sebab hati ingin maju tapi tanpa perjuangan tak mungkin. Sebab setelah manusia tak patuh lagi kepada sang pencipta maka segala sesuatunya harus diperjuangkan untuk mencapainya. Tak ada lagi apapun gratis di dunia ini dan tak ada yang berjalan dengan sendirinya tapi harus dijalankan. Pergeseran status adalah perkembangan waktu atau naik tingkat istilah kuliah. Oleh sebab itu untuk maksimal status baru maka kita harus bekerja keras. Perlu penyesuaian diri supaya bisa terbiasa. Kita harus lulus dengan status baru itu. Sebab semua serba baru baik suasana dan masalah-masalah baru pun tumbuh dengan sendirinya mengikuti perjalanan perahu kehidupan. Namanya juga status baru akan sebentar lagi dengan berjalannya waktu. Maka status itu pun akan bergeser juga menjadi kenangan belaka. Walaupun demikian harus dijalani supaya dengan perjalanan waktu situasi demi situasi bisa dijalani kenangan yang indah di waktu waktu yang akan datang. Itulah namanya berhasil di dalam perjalanan hidup. Tapi apa bila kita gagal maka itu semua bisa menjadi kenangan buruk di masa-masa yang akan datang atau menjadi sejarah buruk bagi kita sendiri. Kita harus menguasai situasi dan harus mengenal diri sendiri dan mengenal pasangan kita dengan baik dan kita harus tahu dimana kita berada dan siapa kita di saat ini dan apa jabatan atau fungsi kita. Dan juga sewaktu menjalankan misi kita harus ekstra hati-hati supaya jangan salah langkah. Sebab waktu harus dipergunakan dengan baik-baik karena masa-masa itu sangat singkat sekali. Bayangkan berapa lama lah waktu suami istri itu berdua. Pasti tergeser dengan hadirnya momongan. Makanya situasi yang sangat singkat ini pergunakanlah sebaik-baiknya menjadi kenangan yang indah sekali supaya jika itu dikenang di waktu akan datang bisa jadi pengobat hati yang risau. Sebab mengenang yang indah-indah itu adalah sesutu yang bahagia yang ada di hati. Tak terucapkan dengan kata-kata tapi bisa disimpan dalam hati yang paling dalam sebagai memori hidup. Saya sarankan jangan anda mengalami seperti saya di perjalanan perahu kehidupan saya. Setelah saya keluar dari desa saya belum pernah menjumpai orang sekeliling. Saya mengerti dengan saya. Setiap hari saya harus selalu memahami orang-orang yang ada pada lingkungan saya. Saya selalu belajar untuk memahami orang lain tanpa pernah menuntut apapun pada mereka. Pertama lingkungan tumpangan saya, yang kedua suami dan keluarganya yang tidak menerima kehadiran saya. Itu semua sangat sulit sekali bagi saya karena kurangnya pendidikan dan didikan kepada saya di masa kanak-kanak saya. Tapi karena saya tahu betul kekurangan saya dan ingin sekali memahami orang yang dekat dengan saya. Tanpa peduli dengan hati saya yang tak pernah ada yang memahami sama sekali yang penting saya bisa berguna bagi orang lain apabila saya bisa menyenangkan orang saya merasa bahagia sekali. Tapi saya ada kelebihan yaitu tidak suka yang namanya bermusuhan apalagi berbalas. Saya paling suka sekali yang namanya pertemanan. Jika ada yang memusuhi saya saya usahakan sebaliknya supaya bisa menjadi teman saya. Itulah saya dan saya tidak gampang sakit hati karena saya menganggap orang yang suka menyakiti orang lain pasti kurang pengetahuan tentang arti hidup iniu. Dan juga tidak mau belajar untuk memahami orang lain. Sebab arti memahami orang lain harus dipahami juga kesenangannya mencari tahu apa yang dia sukai dan apa yang dia benci. Sebab kesenangan kita belum tentu orang senang. Kemauan orang semua berbeda-beda, jadi memahami orang harus banyak belajar. Jika di sekolah harus membaca buku banyak-banyak. Tak ubahnya jika belajar memahami orang lain, harus banyak membaca situasi dan jangan gegabah. Sebelum berbuat, pahami dulu. Saya ingin sekali berguna buat orang lain dan saya tak pernah menuntutnya untuk memahami saya. Saya sudah merasa cukup saya sendiri memahami hati saya sendiri. Bisa menghibur diri sendiri dan berjuang untuk mendapatkan cita-cita saya. Saya buat program dan saya kerjakan sendiri apabila tercapai senang sendiri. Sebab seingat saya apa yang saya cita-citakan lalu membuat target beberapa waktu lamanya tapi dengan tidak sengaja berkat serta kasih sang pencipta semua tercapai. Karena sebelum berencana saya sudah pikirkan kemampuan saya sebelum bercita-cita. Asal kita tidak lebih besar pasak dari tiang pasti bisa menjalaninya dengan baik. Jika kita kenal betul diri kita dan tahu siapa kita dan tahu juga batas kemampuan kita, pasti kita tak pernah kecewa atas perbuatan kita sendiri. Karena orang yang kenal dirinya sendiri adalah kekuatan tersendiri. Karena itu tak pernah menuntut orang sekeliling kita. Dengan kata lain tak perlu bantuan apapun dari orang atas dirinya. Apalagi setelah saya tahu maka status saya sudah bergeser, saya terus mengenal lingkungan saya dan berusaha memahami dan saya tahu apa yang harus pertama yang saya kerjakan. Sebab apabila mengerjakannya terbalik pasti repot karena pekerjaan harus teratur. Apapun situasi kita kita harus mencari nafkah, baru yang lain. Sebab yang namanya perut tak bisa kompromi jika sudah waktunya diisi. Oleh sebab itu yang utama cari pekerjaan selamatkan dapur supaya mengepul baru yang lain . Ini saya ceritakan adalah dari pengalaman saya sewaktu saya berganti status menjadi istri. Bagaimanapun ulah suami saya, saya banting tulang bertani untuk nafkah saya dahulu baru saya pikirkan yang lain. Karena namanya kebutuhan jasmani yang utama. Ketika saya panen pertama saya sangat senang sekali karena bekal 1 tahun sudah cukup. Setelah itu saya ingin punya rumah sendiri. Saya selalu mengingatkan anda supaya jangan banyak berharap orang lain mengerti kita. Tapi kita lah lebih dahulu menaklukan hati kita sendiri. Pimpinlah pikiran kita dan kuasai hati kita. Jangan tuntut orang lain untuk mengerti kita. Jika kita sudah bisa menghibur hati kita dan apa yang kita mau dan sudah bisa memberi saran kepada hati kita sendiri inilah kunci supaya tidak pernah kecewa di pengalaman perahu kehidupan ini. Jika yang saya utarakan di atas sudah ada pada kita maka kita (kamu) akan kebal. Apabila kita disanjung tak gampang besar kepala karena kita sudah kenal diri. Apabila kita dicaci ataupun dihina tak pernah sakit hati karena ita tahu menghibur diri sendiri. Apabila sukses kita mengucap syukur sebab kita tahu apapun didunia tak ada yang kekal. Walaupun kita gagal alias tumpur tak gampang putus asa sebab kita tahu yang namanya hidup tak ada yang stabil. Inilah semua modal utama untuk kita yang namanya orang sudah bermodal maka segala usaha bisa ditempuh. Sama seperti orang kaya akan uang semua bisa dibeli atau di atur. Begitu juga orang kaya hati cukup semuanya ada padanya yaitu kesabaran ada, perjuangan ada, pemahaman ada penerimaan hati yang lapang untuk menerima baik dan buruk tanpa jadi beban pikiran. Maka semua yang kita jalankan sah-sah saja. Maka tugas kita hanya memahami orang-orang sekeliling kita semata. Kita harus berguna buat orang sekeliling kita. Kita usahakan supaya kita bisa menyenangkan buat orang lain Jangan banyak menuntut dan berharap untuk kebahagiaan diri yang kita perbuat tapi untuk menyenangkan orang yang kita cintai. Sebab pekerjaan untuk mencintai orang yang kita benci sangat susah. Oleh sebab itu harus kerja keras supaya berhasil. Apabila kita berhasil mencintai orang yang semula yang kita benci, maka tanda-tanda keberhasilan kita sudah tercapai. Setelah cinta mulai berkembang maka buah cinta pun bermunculan. Tak terasa kehidupan berjalan dan anggota perahu perjalanan kehidupan bertambah. Tambatan hati pun bertambah pula. Suasana pun sudah lain, dulu dipanggil suami atau istri sekarang sudah tak terasa bergeser lagi status menjadi ayah dan ibu. Alangkah senangnya kita di status ini terasa menjadi tuan dan nyonya. Keluarga kecil tapi bermakna karena buah cinta bertambah satu demi satu. Kita pun tidak lagi saling menyalahkan. Semua indah tak terkira mendengar tawa canda anak-anak yang penuh pengharapan kepada kita sebagai ibu dan bapaknya. Jika anak-anak sudah mulai menuntut kecil-kecilan apabila terpenuhi maka kita merasa puas dan kadang belum diminta sudah diberi. Di dalam situasi ini kita bahagia karena kita saling tersenyum melihat tingkah laku anak-anak kita Maka baik suami atau istri karena sudah dibentengi buah cinta kita. Maka jarang saling menyalahkan. Karena di masa bocah-bocah itu selalu menghibur kita dan juga menambah kan semangat kerja kita jika semangat tinggi. Maka mengerjakan sesuatu tidak setengah-setengah karena yang diperjuangkan bukan lagi untuk kita semata tapi untuk masa depan anak-anak. Inilah namanya pergeseran status-status. Perahu kehidupan pun berjalan terus tanpa henti. Kita sebagai penumpangnya pun sewaktu-waktu berguguran satu persatu. Kita tidak tahu sama sekali yang manakah gugur duluan. Ini namanya rahasia sang pencipta, sebab ada yang gugur yang muda dan juga yang tua. Inilah perjalanan perahu kehidupan, yang hidup yang menjalankan. Amin. 




BAB VI

Puncak Kepemimpinan

Kita merasa kepala keluarga karena sudah mempunyai beberapa anak. Senang dan bangga di saat dipanggil ibu dan ayah kepada kita. Kita merasa diri kita sedang berkuasa atas keluarga yang bergantung kepada kita orangtuanya. Di saat-saat inilah kita merasa pemimpin yang sejati yang sangat diharapkan. Anak-anak sangat bangga dan takut kepada kita. Apabila dia berbuat salah dan kita bebas memahami dia tanpa perlawanan dan hormat kepada kita. Di saat saat ini kita merasa puncak kepemimpinan kita anak-anak bergantung kepada kita. Dan apabila tidak melihat kita maka kita dicari. Setelah kita tiba di rumah disambut dengan senang hati sama seperti pejabat disambut rakyatnya dengan penuh sukacita. Dan juga apabila kita disamping mereka betapa dia merasa nyaman sekali. Dan kita juga merasa bangga dan sangat dihargai disanjung laksana seperti seorang raja. Inilah saat-saat puncak kepemimpinan yang tak pernah terlupakan di sepanjang sejarah kehidupan kita. Di saat seperti ini kita bisa melupakan semua kegagalan-kegagalan di masa lalu semua. Kenangan buruk itu sudah tertutupi oleh kebahagiaan yang ada di masa-masa bahagia saat ini. Di saat berkembangnya kepemimpinan ini semangat kerja sangat tinggi dan rezeki pun bertambah tambah karena kita senang mengerjakannya, tulus dan bersemangat. Maka sang pencipta pun berkah semua pekerjaan kita sampai berhasil. Di saat-saat inilah pada umumnya orang berkembang karena kerja semangat ingin membangun masa depan anak-anak. Maka tercapailah cita-cita anak-anak. Sekolah dengan rajin dan kita orang tuanya pun bersemangat maka bisa juga bangun rumah dan sebagainya. Itulah yang di namanya di puncak kepemimpinan penuh. Bersyukur dan bahagia walaupun banyak kendala-kendala bisa dimusnahkan oleh kekuatan dan semangat juang yang tinggi. Apabila orangnya pegawai pangkat pun naik jabatan pun datang. Beginilah di masa-masa puncak kepemimpinan kita sedang berpihak kepada kita. Ada pepatah mengatakan jika masih lagi berpihak kepada kita, semua yang kita kerjakan berhasil. Begitu juga sanak saudara juga senang melihat kita dan ikut juga menyanjung kita. Inilah namanya yang dikatakan naik daun. Semua manusia mengalami seperti ini tapi tak sedikit orang terbuai dan sombong lupa daratan istilah pasaran. Mungkin disaat saat ini kita lupa yang namanya perahu kehidupan jalan terus. Jalan pasti naik turun, ada belokan dan tikungan persimpangan terjal dan berlobang. Jika sedang jalan di daratan atau di laut ada gelombang dan angin topan. Tapi di saat saat kita naik kita terbuai di dalam kebahagiaan kita beginilah situasi manusia di masa masa jayanya. Ada pepatah mengatakan lupa daratan karena semua yang ada dijalankan mudah dan berhasil seolah-olah kita merasa jago dan sebagainya. Tapi jangan lupa yang namanya perjalanan perahu kehidupan tak pernah berhenti di situ saja. Jika kita sedang di puncak pasti akan menurun juga. Sama seperti pohon jika sudah rimbun dan tinggi pasti ada juga angin kencang membuat bunga-bunga yang sedang mekarnya jatuh berguguran, dalam sekejap hilang keindahannya. Kita pun tak ubahnya nya bunga di padang gurun. Pagi mekar dengan indahnya dan sore gugur. Begitulah kehidupan manusia masa-masanya harus lewat semua menjadi kenangan belaka. Hari ini kenyataan dan besok jadi kenangan inilah hari-hari manusia. Maka sudah bisa kita simpulkan di dunia ini tak ada yang kekal sama sekali tapi harus dijalani baik buruk tak bisa dipilih-pilih harus semua dirasakan. Karena inilah namanya perahu kehidupan yang harus ditempuh selagi hayat masih dikandung badan. Semakin tinggi pohon anginnya pun kencang pula. Semakin jauh kita berlayar gelombang pun semakin kuat pula. Semakin naik jabatan semakin dalam jurang membuat kita jatuh. Inilah yang namanya kehidupan yang tak perlu dibanggakan dan disesali tapi dijalani dengan berani. Caranya adalah sebagai berikut. Segala sesuatunya harus dipersiapkan jangan terbuai dengan keadaan yang bagaimanapun jika hidup sedang mengalami cobaan dalam gelombang sengsara jangan putus asa. Berharaplah pasti badai berlalu dan akan digantikan dengan kebahagiaan. Siapakah yang berperan? Yang mengalihkan adalah sang pencipta yang memutar situasi perahu kehidupan. Dan walaupun sedang naik daun dan mendapat puncak kebahagiaan jangan lupa dan jangan bangga yang berlebihan dan sombong. Tapi ingat yang namanya perahu kehidupan segala sesuatunya semua tak ada yang abadi dan kekal karena waktu terus berjalan untuk menggeser situasi demi situasi atau yang namanya perahu kehidupan. Maka janganlah terbuai dengan situasi. Ingat hidup berjalan terus. Banyak manusia di saat sukses tak ingin lagi beranjak dari situ karena yang namanya kebahagiaan sangat indah. Hidup ini rasanya lengkap dan merasa sudah tercapai tujuan hidup. Kita merasa kuat dan siap rasanya menghadapi hari-hari esok. Jika kita melihat canda tawa anak-anak kita maka tak terasa hari lepas hari tidak lagi mengingat masa lalu kita. Rasanya sudah mempunyai dunia sendiri. Segala sesuatunya sudah atas di dalam kekuasaan sendiri. Tak terasa zaman selalu berubah-ubah. Dulu saya yang menumpang. Tapi tiba juga saatnya kita atau saya sebagai tumpangan sanak famili. Inilah rupanya zaman berputar-putar. Tapi saya sebagai tuan rumah hati-hati sekali mengingat pengalaman saya dulu sebagai penumpang. Apa yang membuat saya sakit hati saya tidak mau melakukannya kepada mereka yang numpang di rumah saya. Supaya jangan menjadi beban bagi saya dan juga buat yang numpang di rumah saya. Beginilah yang namanya perahu perjalanan hidup manusia. Tak ada apapun yang abadi di dunia ini dan tak ada yang perlu dibanggakan sebab segala sesuatunya pasti berubah-ubah. Oleh sebab itu bagi anak-anak yang baru merasakan seperti yang diatas jangan terbuai di saat senang dan jangan panik di saat kesusahan. Tenang sajalah sebab segala sesuatunya pasti singgah semua di kehidupan manusia baik susah dan senang sakit sehat semua kebahagiaan. Jadi sebelum singgah di kehidupan kita, baik susah ataupun senang tunggu saja giliran pasti datang. Itulah namanya hidup. Semua yang ada di dunia ini, semua yang diciptakan atau dirasai senang, susah, sakit, sehat, pahit, getir, manis, asam, asin, pedas harus dirasa dulu baru tahu rasanya satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu jika manis jangan langsung ditelan dan jika pahit jangan dimuntahkan. Sebab segala sesuatunya ada hikmahnya bila diterima dengan lapang dada dan penuh syukur kepada sang pencipta. Oleh sebab itu jika kamu heran terhadap apa yang terjadi di perjalanan hidup ini bertanyalah kepada sang pencipta itu. Cuma di situ jawaban yang lengkap sekali. Ini saya utarakan di dalam buku ini karena banyak sekali keheranan saya atas kejadian yang menimpa kehidupan saya yang saya tidak mengerti sama sekali. Sebab sering kejadian-kejadian mematahkan semangat hidup saya. Saya ingin bertanya sama siapa saja tak tau. Jika saya curhat kepada sanak saudara atau teman-teman semua ada juga masalahnya. Hasrat hati ingin cerita atau curhat pada seseorang malah jadi pendengar jadinya karena dia juga punya masalah yang kalah beratnya dari masalah kita. Jadi kita kecewa juga. Begini lah kemampuan manusia atas sejarah kehidupan yang diatur oleh sang pencipta. Oleh sebab itu jika kamu atau kita ingin tahu rahasia perjalanan perahu kehidupan ini, bertanyalah kepada sang pencipta sutradara perjalanan itu. Pasti mendapat jawaban yang konkrit, sebab di tangannya lah semua rahasia itu. Coba kita periksa sejenak tentang ciptaan ini semua. Dunia bersama isinya yaitu ciptaan pada umumnya sangat indah sekali. Manusia yang dikatakan segambar dengan sang penciptanya dan juga diberi kuasa atas ciptaan lainnya. Dengan kata lain semua yang ada di dunia ini diserahkan kepada manusia untuk mengelolanya dengan baik. Tapi semua ciptaan lainnya masih patuh pada penciptanya kecuali manusia yang banyak berubah. Matahari dan bulan masih sangat patuh pada yang sudah ditentukan. Terbit dan terbenam dengan teratur tepat waktunya tak pernah mengecewakan manusia. Begitu juga satwa tetap di tempatnya masing-masing. Yang di air tetap di air yang di darat pun tetap di darat dan juga menggunakan waktu. Lihat saja ayam di sekeliling kita jika sudah sore kenyang nggak kenyang pasti pulang ke kandangnya. Dan apabila dia binatang malam dia tak mau keluar siang sebelum gilirannya. Masih tertib semua seperti yang diperintahkan sang penciptanya. Tapi apa yang dikerjakan manusia di dunia ini bagaimana menggunakan waktu yang ada. Yang pertama mempergunakan waktu antara siang dan malam. Sama kan dengan satwa tadi masih teratur kah? Siang bekerja malam tidur. Coba kita semua intropeksi diri masih di jalur yang ditunjukkan sang pencipta kah kita? Kenapa kita ciptaan yang paling tinggi masih sering ketakutan di dalam perjalanan kehidupan kita? Apakah yang kita takutkan sedangkan kita ciptaan yang paling tinggi? Kenapa kita masih bingung dan panik dengan kejadian-kejadian di dunia ini. Bukankah semua itu bunga-bunga hidup senang dan susah silih berganti yang harus di tempuh kan? Ini lah namanya perjalanan hidup karena hiduplah maka silih berganti harus dijalani dengan santai. Sebab kejadian-kejadian di perjalanan hidup tak tahu kita dari mana datangnya masalah-masalah itu dan kemana perginya pun kita tidak tahu. Setiap ada kejadian yang kita sering bertanya dalam hati kenapa itu terjadi seperti ini, apa lagi masalah itu menyakitkan hati. Di sini saya bersaksi tentang pengalaman hidup saya di saat-saat saya sudah punya anak 3 orang semua laki-laki. Saya sangat bangga rumah pun sudah punya walaupun sangat kecil. Saya sudah bahagia melihat anak-anak saya walaupun suami saya masih sering main judi perokok berat dan peminum alkohol atau sering mabuk-mabukan tak soal lagi bagi saya. Saya bekerja menafkahi anak-anak saya tak kenal lelah walaupun beranak kecil tak jadi penghalang bagi saya bertani beternak disamping mendapat beras catu dari kantor sudah cukup bagi saya. Sudah bisa menata hidup ini dengan seadanya apa yang didapat itulah dicukupkan. Saya berharap pasti nanti lebih baik. Saya tak pernah putus asa. Yang namanya susah, saya sudah menerima kelakuan suami saya. Berkisar 10 tahun saya berumah tangga, yang namanya gaji pegawai suami saya tak pernah sampai kepada saya habis potong toke koperasi setiap bulan uang rokok suami saya, tak jadi soal. Mata hati saya tertuju pada ketiga anak saya yang lucu-lucu. Semua rasanya sangat indah mendengar tawa dan tangis anak saya itu. Perasaan saya sudah sempurna hidup ini. Tapi masalah pertama pun terjadi yang tak pernah saya bayangkan atau tak menyangka datang seperti itu. Setelah saya tinggal di Medan saya sudah mulai ingat sang pencipta dan kami pun belajar agama dan sudah mulai beribadah ke gereja. Saya sering berdoa kepada sang pencipta supaya hidup kami diubah lebih baik dan suami saya juga menyayangi dirinya sendiri. Sebab saya berpikir tak mungkin dia menyayangi anak istri sedangkan dirinya sendiri pun tak teratur. Saya sudah pasrah dan siap menjadi janda melihat keadaannya sudah sakit paru-paru tapi perokok berat dan alkohol ditambah judi. Saya hadapi saja tanpa memikirkan dirinya. Kalau pun pulang diterima, sekiranya nggak pulang sama sekali nggak jadi masalah bagi saya. Hati saya terus fokus kepada anak-anak saja. Tetapi apakah yang terjadi di puncak ke bahagiaan saya? Anak saya yang ketiga meninggal dunia pada umur 1 tahun 7 hari umurnya, tepatnya 7 Juni 1970. Hati saya sangat terpukul karena hidup saya merasa cukup sempurna atas anak saya yang 3 orang itu tapi hempasan badai itu sangat dahsyat sekali. Angan-angan saya pun buyar semua luka lama ternganga kembali. Perahu kehidupan pun rasanya oleng seakan-akan ingin tenggelam. Apa sebabnya sampai begitu, karena belum ada persiapan untuk itu. Yang ku persiapkan adalah janda karena suami sakit-sakitan dan tidak menjaga kesehatannya. Yang hilang adalah anak yang sedang lucu-lucunya penghibur dan sebagai pengobat hati yang luka. Semua rasanya hampa. Hati pun dah mulai sangsi dan kosong seolah-olah tak ada lagi teman di dunia ini. Saya bingung untuk meneruskan rencana yang sudah dibuat ditambah suami semakin parah. Jadinya setelah seminggu anak saya meninggal kami pun diterima di gereja sebagai anggota. Tapi perasaan saya belum stabil. Setelah meninggal anak saya, saya sudah melihat kembali perangai suami saya tak ada perubahan sama sekali, selalu menyakitkan di saat saya lagi berduka dia tidak pernah menghibur saya karena saya lah yang perlu dihibur karena anak yang meninggal masih menyusui. Saya gelap mata dan tak peduli pada anak dan suami saya. Saya ingin lepas dari situasi ini dan cari jalan pintas dan tanpa pikir panjang. Akhirnya saya ingin menyudahi perkawinan ini saya minta cerai tanpa memikirkan nasib anak-anak saya. Timbul lah egois saya. Saya merasa bisa hidup tanpa mereka disaat saat ini sedang gelombang yang dahsyat iman pun gugur. Saya cari jalan pintas lari dari masalah. Saya minta cerai dari suami saya dengan kepala dingin dan baik-baik karena menurut saya itulah yang paling baik buat saya. Ini semua tak pantas ditiru sebab yang namanya masalah kita mana bisa ditinggal begitu saja. Sebab namanya juga masalah kita dia ikut kemanapun kita pergi. Sebab segala sesuatunya yang namanya milik kita, tak bisa ditinggalkan harus dia ikut kemana kita pergi. Semua yang namanya perjalanan kehidupan dia harus berjalan seiring dengan kita. Banyak orang lari dari masalah tapi dia tidak tahu itu masalah kita. Mana mungkin bisa ditinggal begitu saja. Siapakah yang menyelesaikan? Tidak bisa dibuang begitu saja. Tapi harus dihadapi sampai selesai. Jadi saya sebagai penulis mengingatkan kepada anda, jangan ditiru seperti saya yang mau melarikan diri dari situasi. Tapi saya bersyukur kepada Tuhan dan mendiang suami saya yang rendah hati memohon mohon kepada saya, ingin berubah dan bertobat. Dia betul-betul merendahkan diri dihadapan saya supaya mengurungkan niat saya itu. Dan hati saya pun luluh juga jadinya tak jadi cerai. Inilah namanya puncak kepemimpinan. Jika sudah mentok di atas maka bersiaplah untuk menurunkan kembali. Sebab yang namanya  perahu perjalanan hidup ada gelombang dan naik turun, ada pengkolan dan simpang simpang yang harus ditempuh. Jadi walaupun di puncak buatlah persiapan untuk menurun sebab memang begitu. Semua dipersiapkan dengan kebalikan situasi kita sekarang. Karena itu sudah pasti, jika kita sudah di atas pasti menurun. Jika sedang menangis pasti ada juga ketawanya. Begitulah seterusnya semua silih berganti tak ada yang sempurna dan abadi di dunia ini. Semuanya berjalan dan berputar-putar. Jadi jangan lupa yang namanya hidup harus berjalan sebab masalah dan gelombang hidup memang pasangan hidup. Semua itu harus ditata dan diukur supaya menjadi kenangan dan sejarah kehidupan. Itulah yang menjadi alasan saya menulis buku ini mana tahu ada gunanya bagi penerus saya atau yang sudi membaca tulisan ini. Saya ucapkan selamat menyimak kata-kata yang berguna untuk anda. Walau bagaimanapun kita senangnya nya, jangan lupa yang tertulis di bab V, pergeseran status pasti ada. Setidaknya di saat maut menjemput kita,di saat inilah banyak yang terjadi. Seperti kisah saya sebagai penulis anak yang gugur alias meninggal di pihak lain ada juga suami yang keburu pergi menghadap sang pencipta atau istri pun ada juga. Di saat ini tak sedikit orang stress dan juga ikut ikut sakit setelah ditinggal pasangan. Seharusnya kuat dan tegar karena biasanya yang memikul beban hidup ini berdua, menjadi satu. Pergeseran status ini harus hati-hati karena tidak kita saja yang terlibat melainkan anak juga. Saya ingatkan jangan lari dari kenyataan tapi hadapilah dengan tenang. Jika kurang mampu mintalah petunjuk kepada sang pencipta karena dialah Maha Tahu semua situasi karena sang pencipta tak pernah berubah-ubah di setiap zaman dan perubahan sang pencipta tahu semua dan siap menolong. Perahu kehidupan jalan terus seolah-olah tak ada apa pun yang terjadi di setiap waktu. Kita yang merasakan perubahan itu. Kita yang merasakan apa yang terjadi. Tapi yang namanya perahu kehidupan jalan terus tak kenal waktu dan zaman. Jadi kita belajarlah dari perahu kehidupan. Perahunya saja tenang kenapa kita tidak sebab kita harus sejalan dengan perahu itu. Oleh sebab itu jalani saja hidup itu. Jangan lupa belajarlah dengan bergantinya situasi. Jadilah kita seperti sekarang. Jangan mengingat-ngingat yang dulu-dulu. Tegap dan berdirilah di setiap situasi waktu yang berjalan. Usahakan supaya semua duduk sebagai fungsinya masing-masing. Sebab hidup ini sama seperti mur atau sekrup ada deret nya. Jika pas mengikuti deretnya masing-masing, maka dia sudah sangat kuat sebagai pengikat. Jadi pasangan kita harus seperti status kita. Bapak duduk sebagai bapak, ibu sebagai ibu. Kenali diri siapakah kita sekarang, janda, duda, yatim atau piatu dan  yatim piatu. Belajar lah kita seperti status kita. Jadi apapun kedudukan kita, tak ada yang permanen. Semua pasti berubah ubah. Baik itu senang susah jaya bangkrut, yang namanya hidup ada juga matinya . Kapan terjadi kita tak tahu, itu rahasia pencipta. Sebab manusia tak tahu sama sekali yang baik buat dirinya. Apalagi yang namanya umur manusia tak berani menentukan berapa tahunkah diinginkan hidup di dunia ini. Oleh sebab itu maka tentang kematian tetap dirahasiakan sang pencipta kepada kita manusia pada umumnya. Karena manusia tak pernah pegang janji. Setiap hari berubah-ubah, selagi jaya-jayanya sombong. Apalagi sedang di puncak kepemimpinannya. Maka pada umumnya sangat sombong dan angkuh itulah manusia. Oleh sebab itu, maka sang penciptanya tetap memberikan terbaik bagi manusia. Saya ulangi sekali lagi, yang namanya terbaik adalah rancangan sang pencipta. Jadi jika kita ingin tenang dan damai terima saja hukum alam yang sudah dirancang Tuhan sang pencipta itu. Amin. 


Jika tertarik ingin membaca sampai habis silahkan kamu download file PDF-nya di  PERAHU KEHIDUPAN ((Kisah Nyata Hidup Seorang Nenek)











Post a Comment

0 Comments